Frinholic

dn.frin

" Slalu ada pngalaman pahit untk djadikan pelajaran, sbagaimana selalu ada pengalaman manis untuk djadikan semangat perjalanan.. ,terlalu merugi jika kita tidak membuka dan menelaah ulang lembaran kehidupan yang terhampar...,tentang manusia yang begitu indah meretas kehidupan..,tentang kemuliaan dan ketinggian prinsip dalam berjuang...,tentang indah dan nikmatnya pengorbanan..."

FK UNPAD 2007

superstar

“ …saling mencintai dan saling menyayangi serta saling mengasihi bagaikan SATU TUBUH, apabila satu anggota menderita sakit, maka yang lain ikut merasakan hingga tidak bisa tidur dan merasa demam…”

Tarung Derajat

A.K.A BOXER

aku belajar dan berlatih adalah untuk menaklukan diri sendiri,tapi bukan untuk ditaklukan orang lain.Aku Ramah Bukan Berarti Takut - Aku Tunduk Bukan Berarti Takluk. Berjuang mempertahankan diri untuk mencapai suatu tingkat atau kehormatan,menegakkan kehormatan hidup dan meninggikan derajat kehidupan. BERTAHAN MENYERANG - MENYERANG MEMATIKAN, Train Smart Hit Hard !

Superstar

superstar

ada yang ingin jadi bintang?......walaupun memang tidak mudah cahayanya di malam kelam memang kalah dengan rembulan namun mereka menjadi hiasan langit sehingga langit tampak begitu gemerlap dan mereka menjadi petunjuk arah bagi orang-orang yang tersesat... *superstar !!

dnfrin

"Segala puncak prestasi harus teruji..., begitupun menjadi ahli surga harus terbukti di dalam kesungguhan dan kesabaran menghadapi ujian hidup di jalan Nya.."

3.3.12

Ujung Genteng; Tentang Jalanan Off Road Tengah Hutan, Private Beach, Hingga Penangkaran Penyu :)

Ujung Genteng, daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat yang terletak di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi dengan jarak tempuh sekitar 230 kilometer dari Kota Bandung dengan Waktu tempuh sekitar tujuh atau delapan jam perjalanan bermobil ini merupakan salah satu daerah yang sudah lama ingin saya kunjungi. Setelah sebelumnya menjelajahi pantai Pangandaran, Green Canyon, Batu Karas dsb dengan sepeda motor di akhir tahun 2010 (ceritanya bisa dilihat disini ) , kemudian menyusuri Garut Selatan menuju Pantai Santolo kemudian ke Pantai Rancabuaya juga dengan sepeda motor di penghujung kuliah S1 dulu (ceritanya bisa dilihat disini ) , ingin kemudian saya menjelajahi Sukabumi dengan sepeda motor untuk mengunjungi Pantai Pelabuhan Ratu dan Ujung Genteng. Namun sayang, rencana touring sepeda motor kali ini sering kandas, maklum lah mungkin, menjadi dokter muda itu sibuk, dan cukup menguras banyak tenaga, alhasil, personil yang bisa turun untuk touring menyusuri daerah Sukabumi jumlahnya minim.

Obsesi ke Ujung Genteng sebenarnya dimotivasi oleh keberadaan penyu-penyu yang ada disana. Sungguh amat penasaran, dan itu yang menjadi daya tarik bagi saya untuk pergi kesana. Kalo jodoh memang tidak kemana, gagal touring motor kesana, kemudian mendapat ajakan untuk backpackeran kesana. Peluang yang kemudian tidak saya sia-siakan tentunya.

Setiap kejadian terkadang tak sesuai rencana, namun tentunya Allah sudah persiapkan yang lebih baik. Rencana backpackeran gagal untuk kemudian menjadi Road Trip menggunakan mobil ke Ujung Genteng, lebih enak memang jadinya. Dua orang rekan cowok saya urung berangkat, itu yang membuat saya ragu untuk kemudian ikut bergabung, terlebih 3 hari sebelumnya saya tidak berada di rumah , menghabiskan waktu di kampung toga, Sumedang, agak segan untuk minta izin orang tua, ditambah kondisi badan yang sudah mulai tumbang saat itu.

Galau, itu yang menyertai satu hari sebelum keberangkatan. Namun setelah bicara dengan orang tua, dan mendapat nasihat dari mereka, tekad ini kembali muncul untuk berangkat. Ketika mereka percaya pada kita, apa yang kemudian menjadikan kita tidak menjaga diri sendiri dan menjaga teman-teman lain disana.

2 mobil akhirnya berangkat menuju Ujung Genteng, dengan komposisi 4 orang pria, dan 7 orang wanita. Karena sifatnya road trip, peminat wanita tentunya lebih banyak. Komposisi seperti ini tercipta karena beberapa rekan akhirnya urung untuk berangkat disebabkan banyak hal.


* dirumah salah seorang teman, sebelum keberangkatan :)

Bismillah, jalani saja, kembali meluruskan niat bahwa kepergian ini untuk mencharge diri agar lebih segar dalam menghadapi kepenatan dunia klinis Rumah Sakit yang kelak (kembali) kita hadapi, juga untuk mempererat semangat kolegalisme diantara kita, juga untuk mentadaburi alam Nya.

Perjalanan cukup panjang, berjam-jam dengan jalanan yang tak begitu baik kondisi nya. Hampir sekitar 8 jam perjalanan dan kita singgah di Curug Cikaso. Disini terdapat 3 air terjun, untuk mencapainya kita perlu naik perahu sekitar 3 menitan. Pemandangan yang sangat indah dapat kita temukan, sekali memandang 3 air terjun kita nikmati. Sungguh luar biasa, belum lagi percikan air yang sesekali membasahi badan kita membuat kita seolah ingin terjun dan berenang disana. Di curug cikaso saya mendapat oleh-oleh, luka dibagian sikut karena sempat terjatuh, tergelincir di bebatuan besar disana, jatuh menghantam batu, dan sikut ini jadi korban. Sakit memang, tapi terbayar dengan keindahan alam yang dirasakan disana.


* subhanallah, alam seindah ini ada di Indonesia, Curug Cikaso namanya kawan!


* menggunakan perahu menuju curug cikaso




* curug cikaso

Setelah puas mentadaburi alam curug cikaso, perjalanan dilanjutkan menuju Ujung Genteng, 2 jam kurang lebih waktu tempuh dari curug cikaso, dengan kondisi jalan yang (tentunya) masih tidak baik, banyak jalan berlubang dan jalanan berbatu menuju sana.

Tiba di penginapan, singgah sebentar untuk kemudian menuju pantai terdekat. Disana kita bisa memandang sekumpulan ikan berwarna-warni, udang, maupun cacing laut di sela-sela batu karang. Malam dihabiskan dengan jamuan makan juga dengan berbincang.



* pantai dekat penginapan, ada ikan-ikan cantik yang bisa kita lihat dibalik batu karang :)

Esoknya, setelah puas tenis meja sebagai olah raga pagi, perjalanan dilanjutkan ke pantai dengan pasir putih yang benar-benar cantik, yaitu di cipanarikan, tidak kalah cantik dengan bali. Serasa pantai pribadi disana, hanya kita satu-satunya yang ada disana pada saat itu. Namun untuk menjangkau daerah ini sangat diperlukan usaha keras, melewati jalanan off road. Off road dalam arti kata sesungguhnya! Sebenarnya, ada juga lokasi di mana kita bisa berselancar di atas ombak yang cukup menantang yang terkenal dengan sebutan ”ombak tujuh”. Lokasi ini merupakan kawasan favorit bagi wisatawan mancanegara untuk olahraga selancar.



* pantai cipanarikan, cantik bukan?? dan ini masih di Indonesia! :)









* pantai cipanarikan, we called it, our private beach :)

Sore hari, ini waktu yang saya tunggu-tunggu. Melepas penyu. Walau badan ini sudah agak tumbang, meriang, batuk, pilek, sakit badan dan gejala-gejala lain yang menyertai pada saat itu tidak menjadikan saya urung berangkat kesana, walau harus menggunakan ojek, dengan jalanan off road, dan hujan deras! Saatnya menuju tempat penangkaran penyu hijau (Chelonia Mydas) di pantai Pangumbahan. Semua terbayar ketika tiba di tempat, terutama pada saat melepas tukik (anak penyu) ke laut. Seribu lebih tukik yang kita lepas pada saat itu. Semoga banyak dari mereka yang bertahan hidup.



* ini tukik (anak penyu) yang akan kita lepas ke laut


* melepas seribu lebih tukik ke laut


* penangkaran penyu Pangumbahan

Maghrib hingga pertengahan malam kembali kita habiskan di penginapan, kembali jamuan makan, juga berbincang sambil menunggu dihubungi oleh pihak penangkaran penyu untuk melihat penyu dewasa bertelur. Dan obrolan menarik untuk jadi bahasan tak lepas dari masalah jodoh dan percintaan, dan seperti biasa, saya jadi sasaran empuk teman-teman terkait masalah ini, pilihan untuk tetap single selalu menimbulkan banyak pertanyaan. Doakan saja Allah mudahkan jalan nya untuk bisa mempersunting akhwat idaman yang saya harapkan itu kelak :)
Malam ini juga kami sempat diberikan guncangan, guncangan dalam arti sesungguhnya, gempa dengan kekuatan 5,1 arah barat daya Kabupaten Sukabumi sempat mencemaskan malam.

Hampir tumbang, memasuki tengah malam, kantuk menyerang. Jam 11 malam akhirnya kita mendapat kabar bahwa penyu dewasa sudah naik dari laut ke pantai untuk bertelur. Alhasil, jam 11 malam kembali menggunakan ojek melewati jalanan off road tadi, dengan kiri kanan hutan, menuju pantai pangumbahan.

Menunggu sang penyu bertelur itu sungguh lama (soalnya penyu tersebut tak bisa dikunjungi ketika proses bertelur nya, tapi seusai itu baru bisa dikunjungi). Tak kuasa menahan ngantuk sambil menunggu, sebagian kita tertidur di mobil, lantai, kursi, ditengah iringan hujan. Jam 12 malam lebih baru kami bisa mengunjungi penyu dewasa yang sedang bertelur itu. Karena penyu-penyu itu sangat sensitif dengan cahaya, sehingga membuat mereka gagal bertelur, kami memasuki daerah pantai tanpa penerangan. Bayangkan, jam 12 malam lebih, dini hari, kami menyusuri pantai hanya bermodal cahaya bintang dan rembulan saja. Namun lagi-lagi ini terbayar, ketika kami akhirnya bisa menyaksikan penyu yang naik ke pantai tersebut. Sangat besar, semacam monster rasanya kesan pertama yang muncul di diri saya ketika melihat penyu dewasa tersebut. Beratnya mungkin bisa mencapai 200 kg, bayangkan 200 kg! Bisa menyentuh hewan ini langsung menjadi pengalaman tersendiri yang sulit untuk dilupakan. Menutup malam dengan indah pada saat itu.



* penyu dewasa yang sedang bertelur, sungguh sangat besar!!

Hari ketiga saatnya untuk kembali, menuju Bandung. Di hari terakhir, pagi hari ketika keluar penginapan, hampir semua sandal kita raib digondol maling. Pulang salah jalan, muter-muter kota Cianjur untuk berburu oleh-oleh bagi orang terkasih menjadi warna yang menyertai perjalanan ini. Over All, Berkesan!


* meninggalkan penginapan

Alam ujung genteng ini memang menggoda untuk di kunjungi, namun jangan berharap akan mudah untuk mencapai ujung genteng, karena disana benar-benar tempat yang terpencil. Hanya ada beberapa warung, barang yg dijual pun tidak lengkap. Fasilitas transportasi agak sulit. Dan jarak antara satu wisata dengan wisata lainnya sangatlah jauh, belum lagi jalanan off road tengah hutan nya yang luar biasa membuat kita menggelengkan kepala tiada henti.

Namun ada rasa, untuk kembali mengunjungi tempat ini, bersama istri dan anak-anak tercinta kelak :)

27.2.11

Perjalanan bersama badai :')


*mereview perjalanan kami ini :)

ditengah rutinitas belajar bersama untuk ujian akhir semester pertama di tingkat 4 ini ,akhirnya tercetuslah ide untuk melepas penat kami mahasiswa tingkat akhir pasca ujian untuk jalan. Setelah sebelumnya selalu batal dan tanpa persiapan yang jelas, kali ini saya dan kelompok belajar saya bertekad untuk mensukseskan rencana yang muncul ditengah kepenatan ini.


* suasana belajar bersama :)

berawal dari sebuah rapat kecil sehabis belajar bersama di warung bebek goreng pinggir jalan di kawasan Jatinangor, kami putuskan untuk menyusuri jalur garut, setelah sebelumnya dibingungkan dengan dua pilihan, jalur garut, atau jalur subang (ciater). Diputuskan lah untuk langsung berangkat pasca ujian terakhir hari jumat, ba'da jumatan dengan menggunakan sepeda motor. Dan alhamdulillah, usulan saya disepakati untuk menambah perjalanan tak hanya sampai garut, tapi melanjutkan perjalanan ke pameungpeuk-santolo-rancabuaya hingga pangalengan.


* rapat di bebek pangdam :)

7 sepeda motor dan 12 orang yang berani mengikuti perjalanan. Mungkin untuk saya ini bukan kali pertama touring, mengendarai sepeda motor dalam jarak ratusan KM. Senang rasanya melihat antusias dan berbagi pengalaman untuk teman-teman yang mencoba hal baru ini. Akhirnya kami bertolak dari Jatinangor sekitar pukul 14.45. Perjalanan kali ini akhirnya saya yang mengambil peran menjadi leader rombongan.



* inilah kami yang berangkat

Pemberhentian pertama kami di daerah garut, itupun karena salah satu teman kami, yang baru pertama kali mengikuti touring, terpisah dari rombongan, dan hilang entah kemana. Setelah dihubungi, ternyata ia salah arah dan menuju ke arah tasikmalaya, bukan ke arah garut. Akhirnya kami tunggu di pom bensin garut sambil beristirahat dan shalat ashar.

Setelah menunggu cukup lama, sang kawan pun tiba, setelah melepas canda dan semuanya selesai shalat dan beristirahat, perjalanan di lanjutkan. Situ Bagendit yang kami tuju pada saat itu. Tanpa melewati jalur utama, menyusuri jalur alternatif pedesaan, kami menikmati indahnya alam pedesaan ditengah perjalanan, sesekali mengambil gambar di perjalanan hingga tiba di tempat tujuan sekitar pukul 17.00. Alhamdulillah perjalanan kami lancar.






* mengambil gambar ditengah jalan alternatif pedesaan

Situ Bagendit, waktu memang sore, alhasil daerah yang kami kunjungi ini benar-benar kosong, terlebih ini bukan waktu libur. Danau nan terhampar luas ini serasa kami booking dan kami nikmati ditengah perjalanan rakit yang kami tumpangi. Jarang merasakan pemandangan dan suasana seperti ini di daerah Bandung ataupun Jatinangor.





* menikmati suasana situ bagendit diatas rakit

Langit sudah mulai gelap dan matahari mulai terbenam. Kami pun segera bertolak dari situ bagendit menuju daerah cipanas garut. Untuk segera mencari penginapan. Tepat waktu maghrib kami tiba di daerah sana. Dan alhamdulillah, berbekal rekomendasi dari kaskus, kami mendapat penginapan yang bagus dengan harga terjangkau tepat di sebelah pemandian air hangat yang terkenal di daerah sana. Tentunya setibanya di penginapan obrolan tentang perjalanan dan istirahat menjadi pilihan kami saat itu. satu orang teman kami anggota rombongan nampaknya tidak terbiasa dengan perjalanan seperti ini, sehingga setiba nya disana, ia terjatuh sakit.



* sesaat sebelum meninggalkan situ bagendit


* pemandangan situ bagendit sebelum matahari terbenam



* bersiap meninggalkan bagendit dan menuju cipanas

memecah dingin malam, kami putuskan untuk berendam, bermain dan berenang di kolam air hangat. berendam air hangat ditengah hangatnya dekapan ukhuwah yang kami rasakan saat itu. melepas lelah perjalanan yang sebelumnya kami rasakan.





* pemandian air hangat cipanas

setelah puas berenang, dan mencari makanan pengisi perut lapar di pinggiran jalan kota garut, hari pun ditutup dengan perbincangan hangat tentang berbagai cerita yang pernah kami lalui di perjalanan, hingga romantisme kehidupan perkuliahan selama hampir 4 tahun. 2 kamar yang diisi oleh 12 orang ini pun melengkapi indahnya kebersamaan saat itu.



* makan di pinggiran jalan garut


* suasana tidur pada saat itu



* penginapan kami, sesaat sebelum melanjutkan perjalanan

Pagi pun tiba, menjadi pertanda kami untuk bertolak melanjutkan perjalanan. pukul 9 pagi akhirnya kami berangkat dari penginapan, menyusuri perjalanan 8 jam yang akan kita lalui, tanpa peta hanya berbekal naluri dan bertanya di perjalanan. sempat 2 rombongan kembali terpisah di perjalanan, tapi alhamdulillah terpisah nya tidak terlalu jauh hingga kami bisa kembali melanjutkan perjalanan bersama. indahnya perjalanan kala itu, mulai dari menyusuri jalanan kota, jalanan pedesaan, hingga perbukitan perkebunan teh, kanan dan kiri mata dimanjakan oleh hijaunya dedaunan teh, belum lagi dingin nya udara di perjalanan semakin membuat syahdu nya suasana. Namun, cuaca kali ini tidak terlalu bersahabat, ditengah perjalanan menyusuri perkebunan teh, tiba-tiba kami disambut hujan deras dan angin kencang. cukup membuat kami kebingungan, pasalnya di kanan kiri, depan dan belakang tidak ada tempat untuk berteduh. sempat terfikir untuk berhenti pinggir jalan, dan membuat tempat berteduh dari ponco yang diikatkan ke pepohonan untuk tempat berteduh kami, tapi alhamdulillah, setelah dipaksakan menembus hujan, kami pun menemukan satu-satunya tempat berteduh di daerah tersebut. dingin, basah, menemani kami saat itu, tapi kebersamaan kembali sedikit menghangatkan badan yang hampir beku.




* perjalanan menuju pantai santolo




* sambil berteduh menunggu hujan reda

ditunggu lama hujan tak kunjung usai, akhirnya setelah mereda sedikit, akhirnya kembali kami tembus hujan yang coba membekukan tadi. alhamdulillah, tak lama melanjutkan perjalanan, hujan reda, hanya angin kencang yang menyapa di perjalanan.pemandangan yang memanjakan mata tetap menemani perjalanan kami, udara yang segar, jalanan berliku, pandangan mata yg luas terbentang. indah merasakan apa yang jarang kami rasakan ini.

ternyata tak hanya cuaca yang menguji kami, di tengah perjalanan, ban motor saya pecah, akhirnya saya dan anak-anak harus berhenti sejenak untuk memperbaiki ban motor saya yang bocor tersebut. disini teman saya yang sakit pun sempat muntah beberapa kali. nampaknya perjalanan melemahkan kondisi badan nya. akhirnya beberapa orang termasuk teman saya itu saya minta melanjutkan perjalanan duluan, meninggalkan saya dan 2 orang teman saya untuk menyusul. akhirnya setelah ban motor saya beres, segera saya menyusul mengejar teman-teman yang lain. dan ternyata, saya pun berhasil bergabung dengan rombongan. rombongan pun lagi-lagi berhenti, lantaran salah satu motor teman saya rantai motor nya lepas. lagi-lagi cobaan.




* ban motor yang pecah ditengah perjalanan

akhirnya, setelah semua selesai, perjalanan pun dilanjutkan, dan alhamdulillah kali ini lancar hingga kami tiba di pantai santolo di pameungpeuk daerah garut selatan sore hari. setiba nya disini, ternyata salah satu dari teman kami diharuskan pulang ke bandung pada saat itu juga karena tak mendapat izin dari orang tua nya untuk melanjutkan perjalanan. sayang sekali saya rasa. akhirnya sambil menunggu teman saya mengantar teman yang mau pulang itu ke terminal, kami pun bercengkrama pinggir pantai,menikmati beberapa hidangan sambil menikmati debur ombak dan sesekali mengambil gambar di pantai tersebut. namun belum lama kami menikmati semua hal tadi, sang hujan kembali menghampiri, disertai angin yang jauh lebih kencang dibanding sebelumnya. kami pun menepi dan berlindung dibalik warung yang ada di tepi pantai tersebut. kami belum mencari penginapan pada saat itu. ternyata kami disambut angin barat,yang kata warga sekitar , itu merupakan angin badai yang datang setiap 4 tahun sekali di pantai tersebut, dan berlangsung selama 1 bulan. entah beruntung atau tidak, tapi kedatangan kami kesana bertepatan dengan kedatangan sang angin barat.






* pantai santolo :)

setelah hujan mereda, kami pun segera menuju masjid untuk shalat sambil menunggu kepulangan salah satu teman kami yang belum kembali. tak lama sang teman pun kembali setelah harus kehujanan di sepanjang perjalanan. yang pertama kami lakukan pada saat itu ialah rapat. untuk apa? untuk menentukan apakah akan melanjutkan perjalanan pulang atau kembali bermalam di pantai ini. kita memang mengagendakan hari ini untuk melanjutkan perjalanan ke bandung, beberapa orang, termasuk saya memang sudah memiliki agenda, kegiatan, dan janji di esok hari nya. tapi, mengingat kita kemaleman, belum tau medan pulang, juga cuaca yang tidak bersahabat memaksa kami untuk menambah bermalam di tempat ini. akhirnya setelah diputuskan bermalam, penginapan pun segera dicari. pantai santolo, dari segi pantai memang cukup baik dan indah, tapi sayang, dari segi tempat penginapan, makan dan perbelanjaan, masih sangat jauh jika dibandigkan pangandaran atau pelabuhan ratu. beberapa penginapan masih nampak kumuh. dan alhamdulillah, kami mendapati penginapan yang baik disana. dan bukan sebuah kebetulan, saya bertemu dengan teman SMA saya bersama keluarga nya di penginapan ini.


* penginapan kami di santolo

setelah mendapatkan penginapan kami tak langsung melepas lelah disana, segera kami beranjak lagi ke pantai, dan menyebrang menuju suatu pulau tengah pantai disana, sebelum malam datang. banyak bebatuan karang di pulau dan pantai ini. tadinya, malam ini kami berencana "ngobor" di pantai ini. ngobor merupakan terminologi yang digunakan warga sana, yang berarti mencari ikan di laut, dengan menggunakan penyaring ikan, dibantu penerangan obor. tapi sayang, karena cuaca sedang tak bersahabat, kami harus mengurungkan niat tersebut dan akhirnya kembali ke penginapan untuk kemudian beristirahat, shalat dan berbenah diri.



* menuju ke sebrang pulau






* di pulau sebrang pantai

Ba'da maghrib hujan kembali turun dan membuat kami terkurung di penginapan. akhirnya hanya bisa berbincang, bermain, dan berbdoa agar hujan segera reda untuk segera mencari makan. Doa kami dijabah, segeralah setelah itu mencari makan makanan laut, untuk kita santap disebuah saung tepat pinggir pantai dimalam hari. Indahnya, perut lapar, santapan lezat, desir pantai dan gelap malam. dan yang membuatnya semakin lengkap ialah karena kita merasakan ini bersama.


* bersantap di saung pinggir pantai

setelah merasa puas, kembalilah kami ke penginapan. sebagian langsung terlelap, sebagian bermain kartu, dan sebagian yang lain berbincang ringan. tepat hampir jam 12 malam, badai kembali datang, angin yang begitu kencang dan guyuran hujan yang begitu deras membuat listrik santolo padam. kami yang masih terjaga akhirnya membantu pemilik penginapan untuk menutupi semua pintu dan jendela yang masih terbuka, juga membantu menyiapkan lilin sebagai penerangan. beberapa kali lilinpun padam karena hembusan angin yang masih menembus penginapan. cukup menakutkan, dan cukup mengkhawatirkan. malam, gelap, berbalut badai. lantunan doa menjadi penawar saat itu. alhamdulillah sekitar jam 1 malam listrik kembali menyala dan badai pun sudah mereda. untung pada saat itu tak jadi mengambil penginapan yang tepat berada pinggir pantai. setelah dirasa cukup tenang kami semua pun ikut terlelap.

subuh menyongsong, setelah melaksanakan shalat kembali kami menikmati indahnya alam pantai santolo di subuh hari, mentadaburi keindahan alam Nya sebelum akhirnya kami harus bertolak pulang. ketika matahari mulai beranjak tinggi segera kami check out dari penginapan dan bersiap melanjutkan perjalanan. sebelum pulang kami sempatkan singgah di pantai rancabuaya terlebih dahulu.









* pemandangan alam santolo subuh hari

Rancabuaya, tempat ini indah dimalam hari untuk melihat bintang katanya, tapi sayang, tak mungkin kami bermalam lagi disini. hanya bisa sedikit mentadaburi pantai rancabuaya ini, sedikit bermain air dan sesekali mengambil gambar dengan handphone karena kamera SLR nya kehabisan baterai. perut kami yang kosong akhirnya mendesak kami untuk segera mencari tempat makan yang menjual makanan laut. baru menemukan tempat makan tersebut, langsung badai kembali menjemput, kali ini di rancabuaya. angin kencang dan hujan deras mengguyur pantai ini. bahkan saya sempet ketiduran karena menunggu lama tuna bakar datang, ternyata, sang penjual kesulitan membakar ikan nya dengan angin seperti ini. ya Allah, badai dimana-mana. nelayan banyak yang berhenti berlayar. beberapa bangunan dan perahu rusak. itu fenomena yang kami lihat saat itu.






* di pantai rancabuaya

setelah badai reda dan perut kenyang, akhirnya kami putuskan melanjutkan perjalanan terakhir kami, menuju bandung melewati pangalengan. subhanallah, perjalanan pulang menjadi perjalanan terindah, sepanjang jalan di kiri kami lautan luas terbentang, memasuki daerah perbukitan, diatas kami jelas melihat belakang dan kiri kami lautan yang sangat indah, kanan kami perkebunan dan sesekali sawah terbentang. benar-benar dimanjakan mata ini. rekaman nya jelas hingga saat ini. lewat pemandangan laut, kami dimanjakan dengan perbukitan nan hijau, hingga akhirnya kami benar-benar menyusuri pegunungan dengan menggunakan sepeda motor. ya, pegunungan, ketika di puncak nya kami jelas melihat kanan-kiri kami lembah, jurang, dan pemandangan bawah sana.sesekali kami berhenti dan mengambil gambar di bebatuan air terjun yang kami temui diperjalanan. sungguh kami merindukan dataran saat itu. medan perjalanan menjadi cukup berat dengan tanjakan-tanjakan dan turunan serta kelokan tajam,hingga tanah merah, selalu saja seperti itu. sekali lagi kami merindukan dataran, dan jalan bagus, jalan protokol. hampir sekitar 4-5 jam kami menyusuri jalanan pegunungan, hingga suatu ketika, tanpa kami duga, jalan tersebut tembus ke jalan besar protokol yg amat sepi. ya, itulah ujung jalan pangalengan, tujuan kami berikutnya.







* perjalanan pulang



* bebatuan air terjun yang kami temukan ditengah perjalanan

perasaan kami membuncah ketika kembali menemui peradaban, memunculkan kembali harapan kalau jalan yang kita lalui benar dan siap melanjutkan perjalanan pulang. udara pangalengan yang dingin, jalanan hotmix yg bagus dan sepi, serta pemandangan kebun teh di kiri-kanan kembali me-recharge lelah kita dan kembali menikmati perjalanan. Lelah kita dan kerinduan kita akan rumah dan istirahat memacu kita untuk terus melaju tanpa henti. bahkan rencana untuk sekedar menikmati susu atau berbagau produk olahan nya pun kita lewati begitu saja. yang terfikir mungkin, bagaimana secepat mungkin kami bisa tiba dirumah secepat mungkin.

tiba di bandung, jujur saya rasakan perjalanan membonceng orang lebih melelahkan dibanding bawa motor sendirian. tenaga saya pun terasa terkuras banyak, dan alhamdulillah, menuju jatinangor teman saya mau menggantikan saya untuk membawa motor. alhamdulillah semua selamat sampai tujuan, setibanya di nangor, bada isya saya lanjutkan untuk kembali ke bandung pulang menuju rumah orang tua, dan melepas lelah disana.

Liburan paling lengkap.. mulai dari berakit-rakit di danau, mandi di kolam air panas, ke puncak perkebunanan teh, pantai, makan seafood bakar, naik turun pegununangan, air terjun, perjalanan naik motor 370 km (jatinangor-bagendit-cipanas-pameungpeuk-santolo-rancabuaya-pengalengan-bandung), dinaungi cuaca yang berubah-ubah pula, kedinginan, kepanasandan, hingga ketakutan karena badai, dan yang paling membuatnya lengkap karena bersama sahabat2 yang luar biasa.. :)

mau add??

Dani Ferdian's Facebook profile

Ngobrol??

Daftar pengikut

Search This Blog

 

© 2009 Fresh Template. Powered by Blogger.

Fresh Template by NdyTeeN